Minggu, 03 Februari 2013

PETRUK DADI RATU(TUGAS MARSSEL)


PETRUK  DADI  RATU(TUGAS MARSSEL)
Citra Punakawan sering dikaitkan dengan persoalan yang kental dengan batur, pembantu bangsawan, jaga,kongkonan, wong cilik,bahkan sering dianggap sekadar dagelan atau penghibur semata. Punakawan itu sering disebut   marengtrukgong  yang terdiri dari Semar,Gareng, Petruk,Bagong/Bawor. Cerita ini, menggambarkan tokoh punakawan, Petruk. Meski selalu jenaka namun anak dari Kyai Semar ini memiliki kecerdasan berpikir. Namun untuk mewujudkannya , Petruk memerlukan kekuatan ampuh, yaitu dengan menduduki jabatan tertinggi di sebuah negara sebagai seorang raja. Dengan dibantu permaisuri, Jemuna yang lugas dan tegas menyadarkan semua pihak untuk menjadi insan yang memiliki tanggung jawab atas segala hal sesuai dengan kedudukan yang diamanatkan kepadanya. Carut marutnya para ksatria dan penguasa Pandawa yang disebabkan oleh semua pihak yang lalai atas pusaka ampuhnya, Jamus Kalimasada. Berkat pusaka ampuh itulah, Petruk dapat menduduki singgasana negeri Ngrancang Kencana. Gareng dan Bagong mampu menyadarkan Petruk untuk narima ing pandum, sesuai kodrat hidupnya sebagai punakawan penasehat para ksatria Pandawa. Lakon “Petruk dadi Ratu” dalam pagelaran wayang orang, “selain memberikan sebuah hiburan dengan tontonan tradisional. Pementasan ini juga memberikan ajakan kepada semua orang untuk bersikap jujur dan apa adanya”. Dalam versi yang lain, Petruk Dadi Ratu adalah sebuah lakon yang diangkat dari cerita pewayangan tentang pembangkangan. Lakon tersebut mengisahkan ontran-ontran yang di Kahyangan Jonggring Kaloko. Huru-hara yang nyaris tidak berkesudahan tersebut terjadi akibat ulah Petruk yang ingin merubah tatanan pemerintahan yang dianggapnya penuh tipu daya dan manipulasi di sana-sini dengan malih rupa menjadi Prabu Kanthong Bolong. Tak seorang pun mampu menghentikan sepak terjang kemurkaan Petruk, bahkan Prabu Kresna dan Arjuna sekalipun. Keadaan inilah yang akhirnya memaksa Kyai Semar harus turun tangan untuk meredam kemarahan anaknya, hingga pada akhirnya kambali ke wujud aslinya sebagai sosok punakawan.
Lakon yang berjudul Petruk dadi Ratu,yang artinya Petruk menjadi Raja, dari lakon tersebut ada dua versi cerita namun dari keduanya mengandung pesan moral yang hampir sama yakni “Petruk dadi ratu” menggambarkan sosok “pemimpin yang gagal dalam kepemimpinannya, karena tidak memiliki kecakapan, kharisma, kualitas moral, keteladanan dalam budi pekerti, dan justru terjebak oleh egoisme dan nafsu tercela” di samping itu pesan moral yang lain adalah “selain memberikan sebuah hiburan dengan tontonan tradisional. Pementasan ini juga memberikan ajakan kepada semua orang untuk bersikap jujur dan apa adanya”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar